Apakah kau tau seperti apa keadaan ku saat ini? Aku sungguh tidak yakin aku
baik baik saja. Kau meninggalkan ku malam itu, meninggalkan bekas
parfum mu malam itu.
Aku sungguh tak mau melepaskannya, Menikmati setiap inchi demi inchi lekuk wajahmu. Merasakan
nafasmu menyentuh wajahku, yang membuat ku merona merah. Dan
mendengarkan degup jantungmu yang berpacu sangat cepat.
Degup jantungmu melebihi atlit lari berkaliber dunia. Tidak itu hanya
sebuah candaan,waktu itu deup jantungmu berdegup hanya untukku kan?
Aku benar benar kehilanganmu.
Kau berkata bahwa kau tidak bisa membahagiakan aku seperti dia
membahagiakan aku. Percayalah, aku mau menjalani hidup denganmu walapun
aku tak bahagia. Kau pasti tidak tau bahwa aku sudah bisa tertawa saat
melihat mu mengembangkan hidung. Kau bahkan tak bisa melakukannya, kau
memang harus belajar dari aku.
Bukankah begitu?
Kau mengatakan, bahwa tawa yang terlepas dari bibirku tak mesti menjadi
lambing kebahagiaan. Hey, peendapat kita kali ini berbeda.
Kau belum bisa menjadi aku. Kau belum tau, betapa nyamanya aku saat
bersamamu, tak ada apapun yang menjadi beban. tak ada yang menuntut
kesempurnaan seperti dia menuntutku. Kau menjadikan ku ‘aku’ bukan orang
lain. Aku menikmatinya, aku tak ingin melewatinya. Dan aku tak ingin
melepaskannya.
Kau mengatakan bahwa kau hanya tak ingin menyakitiku karena kau tak bisa membahagikanku. Aku mulai ragu.
Apakah sebenarnya aku yang tak bisa membahagiakanmu?
Kau mengatakan hal itu akan membuat seluruh dunia tertawa jika aku mengatakan aku tak mampu membuat mu bahagia.
Katamu, akulah salah satu sel saraf yang menggerakan otot otot bibirmu
untuk selalu tertawa dan saraf saraf yang slalu merefleksikan otakmu
sehingga kau selalu bahagia.
Kalau begitu? Kenapa aku tidak mengizinkanku untuk membahagianmy terus menerus.
Atau kau akan membahagiakanku?
Kau itu otak tempat aku berfikir, apa jadinya aku tanpamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar