widgets

Sabtu, 25 Mei 2013

benci mengingatmu

aku benci bila harus mengingatmu
aku benci bila harus berjumpa dengan kenangan itu
kenangan yang perlahan membunuh semangat hidupku
aku tak mengerti, mengapa sulit untuk membuatmu menghilang dari pikiranku
seakan telah menyatu dalam hati
seakan membuatku pasrah dan hanya ingin mati dan mati
kuputuskan untuk mencari
Tuhan tak hanya menciptakanmu seorang diri
masih banyak hambanya yang lebih baik dari dirimu
namun tetap saja, ada kalanya hatiku untuk berhenti mencintai selain dirimu
mungkin aku lelah
mungkin aku lemah
mungkin aku hanya tak mampu berpaling dari kasih sayangmu
dan jujur saja
aku memang benci mengingatmu

 

Berakhir dengan luka

Masih ingatkah kamu, kepadaku? Iya, aku, yang dulu sempat kamu janjikan berbagai macam harapan. Yang sampai detik ini, belum satupun yang bisa kamu buktikan.
Kita yang dulu menjalin cinta ini dengan suka duka, menghabiskan bermilyaran detik nafas hanya untuk tertawa bahagia, bersama. Tapi mengapa kini, dengan tega kamu menghancurkannya? 
Mungkin, kamu tidak merasakan hal yang sama, seperti yang saat ini kurasa. Kamu yang ku kenal dulu, perlahan berubah menjadi orang lain. Menjadi pribadi yang egois dan lupa akan kesadaran.
Kamu berubah saat kamu selalu menyibukan dirimu sendiri, tanpa memperdulikan aku yang saat ini bingung kehabisan cara menghadapi sikap egoismu.
Tahukah kamu, betapa aku tak ingin jauh darimu meski hanya beberapa saat?
Waktu berputar, kamu semakin gelap mata sejak dia datang. Ya, dia. Dia yang belum pernah kamu kenal sebelumnya. Dia yang datang dengan wajah tanpa dosa, menghancurkan segalanya. Menghancurkan harapan kita untuk menjalin cinta, dan bahagia selamanya.
Tapi kamu membelanya, seakan tak memperdulikan kecemburuanku terhadapmu. Seakan tak mengerti betapa aku, sangat mencintaimu.
Mungkin aku bodoh, bertahan denganmu yang jelas-jelas tak pernah menganggapku ada.
Mungkin aku bodoh, selalu mengharapkanmu yang jelas-jelas tak pernah memperdulikan air mataku yang jatuh dan terbuang sia-sia.
Mungkin aku bodoh, mencintaimu yang tak sekarang telah mendua. 
Aku pergi, seraya mengucapkan selamat tinggal kepada apa yang telah kita lewati selama ini. Mungkin, butuh waktu untuk mengapusmu. Menghapus bayangmu. Menghapus kenangan kita.
Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melupakan segalanya. Dan aku percaya, kamu akan mendapatkan hukum karma yang setimpal.
Seiring dengan tangisanku di akhir cerita, “semoga kamu merasakan sakitnya di khianati”.
 Selamat tinggal…

 

Angan

Hai, apa kabar untuk kamu yang disana? Untuk kamu yang selalu berhasil membuatku tersenyum, untuk kamu yang selalu membuat hidupku jauh lebih berarti, untuk kamu yang selalu membuat hidupku jauh lebih bermakna.
tidakkah kamu mengira, kamu sangatlah berarti untukku?
Tahukah kamu? Aku hanya mampu mengagumimu dari kejauhan. Melihat sosok sempurna yang membuatku semangat menjalani kehidupan. Mungkinkah, aku jatuh cinta?
Ah, bodoh. Aku tak mungkin jatuh cinta padamu. Aku hanya manusia biasa, tidak seperti mereka-mereka yang mempunyai segalanya.
“kamu terlalu sempurna untuk ku miliki”.
Andai kamu mengetahui isi hatiku, andai kamu mengetahui perasaan yang ku simpan sejak lama, andai saja aku mempunyai keberanian untuk menyatakan semua yang kusimpan terhadapmu.
Aku pun lelah, aku pun tak mampu lagi untuk bertahan menyimpan perasaan  ini sendirian. “aku butuh kamu, aku butuh kamu sebagai tempatku untuk mencurahkan isi hati ini”.
Tapi ternyata Tuhan tak merestui kita, Tuhan tak merestui hubungan yang (sebenarnya) ingin ku bentuk bersamamu. Kamu telah menemukan seseorang yang jauh lebih sempurna daripada aku. Kamu telah menemukan dia. Dia yang punya segalanya, dia yang sempurna, dia yang selalu ada untuk mengisi setiap detik nafas yang kamu hembuskan.
Aku hanya terlalu cepat untuk merasakan indahnya jatuh cinta, terlebih lagi dengan sosok sempurna sepertimu. Tapi setidaknya, aku bahagia mengenalmu. Aku bahagia dekat denganmu, meski hanya sebentar.
Sebuah angan yang terlalu jauh untuk ku gapai, sebuah mimpi yang terlalu tinggi untuk ku capai, dan sebuah harapan yang terlanjur sirna untuk ku dapatkan.
“jujur saja, aku bahagia melihatmu dengannya. meski hati ini, tak pernah rela melepas bayang-bayangmu”.

Semakin ku pendam, semakin kau jauh...

Disuatu ketika, 2 orang sahabat; si Cowok dan si Cewek, sedang duduk-duduk di Taman. Mereka berbincang asik, sampai pada akhirnya, si Cowok membuka percakapan.
“Eh, menurut lo, sekarang saat yang tepat gak sih buat nembak gebetan gue?” Kata si Cowok, bertanya kepada sahabatnya; si Cewek.
Si Cewek terdiam, matanya sempat ingin mengeluarkan air mata mendengar pernyataan sahabatnya tersebut. Ia mencoba tegar.
“Terserah lo, ikutin apa kata hati lo aja”. Kata si Cewek, dengan nada pasrah dan kecewa.
“Lo serius? Gue sih pengennya nembak sekarang, soalnya gue udah terlanjur sayang banget nih sama gebetan gue”. Kata si Cowok, frontal.
JLEB! Hatinya seperti ditusuk sebilah pedang. Si Cewek hancur, harapannya pupus ditengah jalan untuk mendapatkan si Cowok, sahabatnya sendiri.
Si Cewek menyesal, karena dulu, ia pernah mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya ke si Cowok. Tapi ia takut.
“Lo kenapa?” Kata si Cowok, bingung melihat ekspresi wajah si Cewek.
“Gapapa kok, udah, lo tembak aja tuh gebetan lo”. Kata si Cewek, dengan nada suara yang makin melemah. Ia hampir menangis.
“Oke hari ini juga, gue bakalan nembak gebetan gue. Hehe, makasih ya sarannya”. Kata si Cowok, seraya tersenyum lebar.
Si Cewek hanya bisa terdiam. Ia tak sanggup lagi menahan tangis, hatinya sudah terlalu lemah untuk bertahan. Ia memutuskan untuk pulang.
Pada akhirnya, si Cewek hanya bisa pasrah. Ia memandang lurus sahabatnya yang sudah berstatus pacaran. Si Cowok, kini telah bahagia dengan seseorang.
———-Tamat———-
Hikmah: Jangan suka memendam perasaan terlalu lama, karena pada akhirnya, kamu akan menyesal karena gak sempet buat ngungkapin semuanya.

Selasa, 21 Mei 2013

Kapan Terakhir Kali?

Aku  seperti tidak mengenal sosok dirimu. Aku kehilangan kamu yang dulu. Ketika setiap malam kamu selalu mengejek dengan candaanmu yang khas, dan mengucapkan selamat tidur. Aku kehilangan sosok itu.
Kemana kamu yang sekarang? Bukan karena kesibukan yang menyita waktumu kan? Adakah yang salah dengan perlakuanku? Apakah memang telah menemukan objek lainnya untuk diajak tertawa bersama? Dulu kita begitu dekat, tanpa ragu seolah aku mengisyaratkan isi hati dengan perhatian dan sesekali candaanku. Dulu kamu selalu ada. Dulu kamu selalu khawatir ketika aku jatuh sakit.
Apakah kamu mulai jenuh dengan perlakuan dariku? Aku takut jika rasa sayangku berubah menjadi sebuah obsesi ingin memilikimu. Aku takut jika perhatianku kamu anggap berbeda. Aku takut kamu berubah.
Kapan terakhir kali kamu mengejek dan menggoda ketika aku marah? Aku rindu saat-saat itu. Kapan terakhir kali kamu terlalu khawatir ketika aku jatuh sakit? Aku rindu saat-saat itu.
Mungkin di waktu yang salah, mungkin sudah terlambat. Jika segala perhatianku perlahan mulai mengganggumu, aku akan pergi. Aku ngga akan tega kan membiarkan orang yang aku sayang terganggu?
Aku hanya mengingat hal-hal yang baik. Dan suatu saat aku akan mengingatnya kembali, dan saat itu aku sudah siap untuk tidak mengingat kapan terakhir kali kamu membuat aku tersenyum sendiri. Senyuman yang hanya dapat di mengerti oleh diriku sendiri.

Adik Kakak-an. Salah?

Tidak pernah ada yang lebih baik ketika kami tertawa bersama, tidak ada sela diantara kita bahkan kita duduk berdekatan. Tidak ada keraguan untukku menyandarkan kepala pada pundaknya. Dia laki-laki dan aku perempuan. Namun ini bukan tentang cerita cinta seperti biasanya, namun ini cerita cinta pada seorang adik, tidak berharap lebih.
Pernahkah anda mengalami hubungan yang rumit seperti ini? Berhubungan sebagai adik dan kakak, wajarkah bila perasaan ini muncul? Aku tidak pernah ingin itu terjadi. Semua perhatian, rasa nyaman bukan berarti untuk menunjukkan betapa aku mencintai dia, bukan berarti betapa aku mencintai dia sebagai laki-laki sebagaimana seharusnya. Ketika seorang perempuan berteman dengan lawan jenisnya, pada suatu saat akan tumbuh rasa dengan sendirinya, mungkin diwaktu yang salah, seperti saat ini.
Aku mungkin lebih paham soal cinta, bukan ingin menggurui namun karena aku lebih banyak memakan manis, asam, garam soal percintaan. Sedangkan dia terlalu muda untuk mengerti arti cinta sesungguhnya, mungkin dia juga pernah jatuh cinta tapi dia laki-laki dan lebih banyak menggunakan logika daripada perasaan, jauh berbeda dengan perempuan yang lebih banyak menggunakan perasaan dan alhasil perempuan yang mengatakan dirinya tegar adalah perempuan yang paling sakit merasakan apa itu ‘cinta’.
Sudah banyak yang menganggap hubungan adik kakak sebagai modus untuk mendekati salah satu diantaranya. Ah lagu lama! Tapi itu tidak akan terjadi padaku saat ini. Aku sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta kepadanya, meskipun aku tau tidak mungkin bisa menyembunyikan perasaanku sendiri, aku hanya tidak ingin bersikap egois dengan perasaan itu. Aku menahan perasaan ini, tidak taukah kamu?
Yang ku takutnya akhirnya muncul juga, kamu menyadari hal ini, kamu menyadari adanya perubahan pada sikap ku. Tapi kamu salah, karena kamu terlalu memberi harapan dan perhatian, lalu kenapa sekarang menyalahkanku? Menyalahkan bahwa aku bersikap tak selayaknya kakak kepada adiknya? Apa yang salah dengan perhatian dan rasa sayang yang aku tunjukkan? Aku tidak berharap lebih tapi aku tidak membohongi perasaanku sendiri, aku hanya tidak ingin bersikap egois, tidak mengertikah kamu? Aku tidak pernah berharap ini semua terjadi, tapi aku tidak bisa menolak kehendak Tuhan, aku tidak bisa membohongi perasaan bahwa sesungguhnya aku tidak jatuh cinta? I’ve keep it on my mind. I keep on my cry, because “you’re just my brother, I’m your sister, no more” but the fact that you’re a boy, I’m a girl and at one point or another, we will fall for each other. I’ve to control it, I keep my feeling, I’m not treat you more than as my brother. What is wrong with my attention? What?
Apa yang sebenarnya salah disini? Aku tidak pernah menginginkan perasaan ini terjadi, kan, jangan menyalahkan aku di satu pihak saja. Ini hal yang normal. Coba saja posisi ini kita balik, apakah kamu bisa merasakan hal yang sama? kamu tidak pernah tahu sesulit apa caraku menahan semua ini, kamu tidak pernah tahu bahwa aku hanya memendam ego, aku hanya ingin hubungan ini tetap berjalan dengan sewajarnya, kamu tidak pernah tahu rasanya mencintai seseorang yang salah. Karena kamu tidak pernah merasa ada di posisi aku. Kamu tahu sendiri bahwa aku sering berkata aku hanya menginginkan seorang adik, teman untuk menceritakan segala keluhanku, untuk menangis dipundakmu, dan kamu selalu berkata bahwa kamu akan selalu meminjamkan pundak ketika aku ingin menangis, sepanjang malam sekalipun kamu akan selalu ada. Tapi kenapa kenyataannya tidak seperti itu? Jangan pernah menyalahkan perasaanku, karena aku tidak pernah menginginkan ini semua terjadi.
Haruskah aku menghindar apa sebaliknya?

Berbeda

Berbeda. Itu kata yang pantas untuk menunjukkan siapa kamu saat ini. Kamu berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenali. Kamu berubah seakan menjadi makhluk asing entah apa namanya, kamu benar-benar berbeda. Tak ada lagi sapaan di pagi hari, tak ada lagi kalimat yang selalu menyemangatiku, tak ada lagi ucapan selamat malam. Kemana kamu yang dulu?
Aku terlalu menganggapmu lebih sehingga aku takut akan kehilanganmu, kehilangan senyuman yang seakan mencairkan suasana hatiku, kehilangan tangan yang mencubitku dengan gemas, kehilangan mata yang menatap saat saling berbicara, kehilangan kamu seutuhnya. Kapan terakhir kali kita bertemu dengan segelas kopi dan segelas teh, serta alunan lagu yang menjadi lagu favorit kita berdua, dan saling membalas cubitan gemas? Aku rindu saat-saat itu. Ketika kamu mulai menjauh, menjaga jarak, menghubungiku sesekali. Ketika kamu tidak mencemaskan keadaanku, tidak mempedulikan kesehatanku, tidak menyemangatiku. Ketika semuanya sudah berubah sejak kamu mengetahui perasaanku. Apa yang salah sebenarnya?
Kalau boleh aku mengeluh, aku ingin mengeluh tentang perasaanku. Seharusnya aku sadar bahwa ini hal yang salah, ketika persahabatan berubah menjadi cinta, ini salah besar dan aku mengeluh tentang perasaan ini. Kenapa harus serumit ini, kenapa harus sesakit ini ketika kamu hanya menginginkan kita tidak lebih dari sekedar sahabat, ketika aku terlalu egois ingin memilikimu lebih dari sekedar sahabat. Apa ini yang disebut dengan cinta bertepuk sebelah tangan? Apa sesakit ini rasanya jika mencintai sahabat sendiri?
Aku sadar kita berbeda, tentu saja kamu laki-laki dan aku perempuan, selebihnya lagi kita berbeda soal perasaan. Aku benci perbedaan ini, kenapa kamu harus menghindar? Padahal kamu tahu bagaimana rasa sakitnya diabaikan, padahal kamu tahu bagaimana aku sebenarnya tidak menginginkan ini semua terjadi, padahal kamu tahu bagaimana aku…
Aku datang sendirian ke kafe pertama kali kita bertemu, aku duduk sendirian di meja yang dulu tempat kita duduk berdampingan, aku mendengar lagu itu lagi, aku menangis…
Aku merindukan kamu yang dulu, ketika kita lebih sering tertawa bersama, ketika masih adanya perhatian dan kalimat yang menyemangati hari-hariku, ketika kamu meminjamkan pundak untuk tempatku bersandar. Tapi kini bahkan aku menangis sendirian, aku mengeluh sendirian, aku menyesali semua ini sendirian. Ya, sendirian.
Tidak ada lagi senyumanmu, pundakmu, cubitanmu, segelas teh minuman kesukaanmu, dan lagu favorit kita berdua. Semua hanya kenangan…

Siapakah Dia?

Aku masih ingat pertama kali menemukan akun Twitternya. Salah satu temanku seringkali me-retweet status yang dia ciptakan. Statusnya manis, romantis, tapi galau apalagi dia seorang lelaki. Aku buka akunnya, aku baca timelinenya, menarik. Akupun ikut menfollownya.
Aku perhatikan statusnya setiap hari, aku perhatikan foto-foto yang di unggahnya, dan aku menyukai dengan status yang dia buat. Rasanya, apa yang sedang dia rasakan selalu sama seperti yang aku rasakan. Semakin hari aku semakin penasaran, aku cari tahu siapa dia sebenarnya. Dia ternyata orang Bandung yang sedang menjelajah Nusantara dan seorang penyanyi indie yang sudah mengeluarkan dua album. Akupun mencoba mendownload lagu-lagunya. Beberapa lagu yang ku dengar berhasil membuatku menangis, liriknya terlalu menyentuh, seakan dia menyanyikan apa yang sedang aku rasakan ketika itu.
Aku mencintai setiap foto senja yang dia unggah, karena aku jatuh cinta dengan senja. Ketika ku ambil salah satu foto senja tersebut dan menggunakannya untuk display photo di handphoneku, lalu tak lama kemudian salah satu temanku menanyakan apakah aku mengenal seseorang yang mengabadikan foto senja tersebut. Akupun memberi tahunya bahwa aku melihat foto tersebut dari akun Twitter seseorang, lalu temanku berkata bahwa dia mengenal seseorang itu. Aku tidak mengerti, hatiku mencelos. Ini seperti kejadian beberapa tahun silam. Ketika aku mulai jatuh cinta dengan seseorang yang tidak ku kenal, dan salah satu temanku ternyata mengenalnya.
Lalu aku menanyakan seseorang itu pada temanku, dan aku mendengar beberapa cerita cintanya yang selalu berakhir dengan tragis, sama seperti kisah cintaku. Aku masih tidak mengerti, aku dan dia seperti memiliki ikatan batin, beberapa hal yang terjadi dalam hidup aku dan dia seperti sebuah cerita yang sama namun dengan orang yang berbeda.
Semakin hari, aku semakin memperhatikannya lewat status yang dia buat. Aku juga beberapa kali mencoba menegurnya lewat sapaan dan perhatian di mention, tapi tidak ada satupun jawaban. Rupanya dia jarang sekali mendapatkan sinyal untuk mengakses internet. Namun suatu malam, ketika aku akan tidur aku mencoba menegurnya lagi, lalu dia membalas: “trims”. Sepatah kata yang dia tunjukkan untukku sudah menghangatkan malam yang ku rasa dingin saat itu. Ini terlalu manis ku rasa, aku bahagia hanya dengan sepatah kata yang mungkin kalian anggap itu hal yang biasa. Tidak ada yang biasa ketika kamu sedang jatuh cinta, kan? Sekecil apapun itu, kamu akan tetap merasa bahagia, bukan?
Kalimat manisnya di Twitter, lirik lagu yang dia ciptakan sendiri, suaranya yang khas, mampu menyeretku ke dalam perasaan yang mungkin ku sebut; aku mencintai dia yang masih “fiktif”.

Lihatlah di sampingmu

Aku masih memperhatikan Adit yang asik bermain dengan playstationnya. Aku tidak mengeluh atau mengganggunya meskipun sudah hampir dua jam dia tidak menghiraukan keberadaanku. Sejam yang lalu aku menyuapi dia, sementara dia asik dengan dunianya. Aku memperhatikan keseriusan dari wajahnya. Aku menikmatinya, meskipun terkadang aku juga merasa kesepian.
Sudah pukul delapan malam, waktunya Adit mengantarkanku pulang. Dia tidak mematikan televisinya, karena aku sudah tahu, setelah dia mengantarkanku pulang dia akan melanjutkan bermain game.
Diatas motor, aku memeluknya dengan sangat erat. Entah mengapa perasaanku hancur tak karuan, aku seperti merasa tak akan lagi aku bisa memeluknya seerat ini. Dibanding dengan semua gamenya, aku merasa tidak dipentingkan di hidupnya. Sebenarnya siapakah aku baginya? Bila diantara semua gamenya, aku selalu merasa terasingkan.
"Kamu kenapa?" Tanya Adit setengah berteriak.
"Engga kenapa-napa, kok. Kamu tadi makannya banyak, ya."
"Iya dong."
Setelah sampai didepan rumahku, sebenarnya aku tidak ingin turun dari motor, masih ingin memeluknya, masih rindu padanya.
"Hey, kamu ngga akan turun?" Seru Adit mengagetkanku.
Aku manyun lalu turun dari motor, mencubit kedua pipi Adit sambil berkata, "kamu jaga kesehatan ya, jangan banyak ngerokok, jangan lupa solatnya ya."
"Iya baweeel."
"Apa perhatianku ini selalu mengganggumu?"
"Kok bilang gitu?"
"Habisnya, aku selalu merasa tidak dihiraukan setiap kamu sibuk dengan duniamu."
"Kamu cemburu sama game yang aku mainkan?"
"Kalau aku nanti sudah ngga ada, apa kamu masih akan sibuk dengan duniamu?"
Adit diam untuk beberapa saat sampai berkata dengan pelan dan pasti, "aku tidak akan sesemangat ini dengan duniaku, karena selalu ada kamu yang menjadikan adanya duniaku. Bukan tentang gamenya, tapi kamu yang menyemangatiku, kamu yang mengingatkanku untuk tidak lupa dengan kewajibanku."
Aku diam tertegun mendengar pengakuan darinya.
"Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa terasingkan saat aku sibuk dengan duniaku. Kalau tidak ada kamu, tentunya tidak akan ada duniaku. Karena kamulah duniaku."

Dan ini hari ke empat puluh. Aku melihat Adit duduk terpekur didepan sebuah kuburan dengan tanah yang masih basah. Dia menundukkan kepala, membacakan ayat kursi dengan berusaha menahan tangisnya. Aku juga melihat mamah dan papah yang merangkul Adit di kedua sisinya, keduanya menangis. Saat aku melihat ke batu nisan, aku melihat namaku tertera disana.
Adit tidak lagi sibuk dengan dunianya, dia lebih banyak diam dengan beberapa lukisan hasil karyanya. Goresan wajah wanita yang mendominan lukisan yang dibuatnya. Selang setahun, Adit membuka pameran lukisan digalerinya. Aku melihat dia berdiri didepan sebuah lukisan wanita yang sangat cantik. Aku melihat secarik kertas didalam figura disebelah lukisan itu, bertuliskan:
"Aku selalu mengingat pesanmu,
mengingat perhatianmu, dan mengingat setiap inci dari wajahmu.
Tak ada dunia yang begitu indah kecuali berada disampingmu.
Entah karena kebodohanku yang membuatmu merasa terabaikan,
Atau aku yang memang bodoh untuk selalu sibuk dengan duniaku.
Ya, aku memang bodoh telah menyia-nyiakan setiap waktu kebersamaan kita.
Kini tak ada lagi duniaku, namun aku memilih duniamu untuk ku perhatikan.. "
I love you because i love you are - Aditya Alamsyah
Untuk yang tercinta: Aqila.

Penantian

Lihatlah? Aku bertahan tanpa mengeluh
Meski harus ku abaikan setiap peluh
Berdiri, diam sambil memandang
Seolah tak lelah untuk menantang


Meski kau berlari aku tetap mengejar
Tak perduli walau sampai fajar
Diam-diam aku memperhatikan
Lalu sampai kapan aku akan bertahan


Senja memerah saat aku menanti
Namun tak pernah ada yang pasti
Lalu mengapa aku masih bertahan
Meski dia tetap tak ingin melawan


Satu persatu langkahku kembali
Kau ancam aku dengan belati
Bila kau tak inginkan aku pergi
Tahan aku dengan cinta yang suci

KITA!

Bagaimana bisa Aku tetap mencintaimu padahal Kamu masih memilikinya. Bagaimana bisa Kamu merindukan Aku padahal Dia selalu disampingmu.
Aku memang tidak bisa seperti Dia yang setiap waktu berada bahkan selalu merasakan kehangatan darimu.
Kamu tau Aku masih mencintaimu, bahkan Aku tau Kamu juga masih menyukaiku. Ya Kamu hanya menyukaiku, tidak kurang tidak lebih. Lalu apa yang sebenarnya Aku harapkan? Aku tetap tidak bisa menjadi Dia, seberapa cara Aku lakukan agar Kamu melihat bahwa Aku yang pertama mengenalmu bukan Dia, Aku yang pertama mencintaimu bukan Dia.
Aku tidak akan peduli, apapun yang Kamu katakan, bagaimanapun Kamu menolaknya, cinta ini akan tetap berada untukmu disana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Kalaupun Aku bisa, Aku ingin mengubah kisahmu dan Dia menjadi kisahmu dan Aku. Saat Aku dan Kamu menjadi Kita tak akan ada lagi sela yang harus di isi.
"Aku mencintaimu" mengertikah Kamu apa artinya itu?
Salahkah jika Aku tak ingin siapapun memilikimu? Haruskah aku melawan bahwa Kita tidak pernah bisa berada dalam cerita yang sama?

Salahkah bila cewek merokok?

Adakah larangan agar cewe tidak merokok? Bisa menyebabkan gangguan kehamilan dan janin? Lalu untuk para cowo tidak ada larangan kah? padahal dapat menyebabkan impotensi, ngga takut?
Nah, kalau sama-sama merugikan kenapa harus memandang cewe perokok itu sebelah mata sih? Ada yang salah? Apanya yang salah?
Apa karena cewe makhluk ciptaan Tuhan yang di design lembut, gemulai dan berakhlak lebih sopan? Kenapa harus berfikiran negatif sih kalau melihat cewe merokok.
Banyak beberapa komentar yang saya dapatkan dari beberapa sumber:
Saya: nggiw kamu ngga suka cewe perokok, kan? Nah, aku mau tanya apa sih pandangan kamu terhadap mereka yang perokok?
Ranggi: Bukan ga suka sih, tp ya asa gimana gitu kalo ngeroko di tmpat umum, itu kan membuka aib dia yg keliatan orang baik-baik tapi ternyata seorang peroko. Banyak temen deket aku cewe yg ngeroko, buat aku sih ya woles aja selagi kitanya nerima dia, kan ga semua orang bisa beranggapan baik tentang cewe peroko. Tp cewe peroko tuh membawa keakraban yg memang lebih, ada kala saling membagi roko, canda tawa, cerita juga. Ya sama seperti kakak aku yg sampe skrg seorang peroko.

Saya: say, kamu kan sebagai cewek perokok nih, apa tanggepan kamu bila cowok memandang miring terhadap wanita perokok?
Dianovita: kenapa cowo mikir negatif tentang cewe perokok? Karna dianggap nakal kitu? Atau cewe ngga baik?? Emgnya sekarang cewe yang ngga ngerokok itu cewe baik-baik?? Lebih baik apa adanya, daripada munafik buat dapat perhatian dari org lain.

Saya: aku mau tanya nih, kamu seringkali dapat pasangan cewe perokok, nah sebenarnya kamu nyaman ngga sih dengan kebiasaan mereka?
Sandy: ngga terlalu sih. Soalnya aku ngga begitu terlalu suka ngeroko, dan gasuka kalau cewenya lebih candu roko daripada pasangannya.

Saya dapatkan komentar langsung dari sumber teman-teman saya. Tentu saja ada yang pro dan kontra, tapi kenapa sih harus men-judge cewek perokok itu cewek nakal atau tidak baik? Pepatah bilang "don't judge a books from the cover". Masih mau menilai mereka nakal? Belum tentu, kan, kembali ke diri masing-masing saja toh cewek perokok tidak akan merepotkan atau bahkan dia bisa menghargai ketika kamu (para cowok) mengatakan terlebih dahulu bahwa kamu tidak nyaman dengan cewek perokok. Be a simple, be yourself :)

Kamu, iya kamu!

Apa ya? Ah entah, aku hanya ingin menuliskan sebuah cerita yang aku lalui bersama kamu. Kalau ingin pamer, sebenarnya aku ingin memamerkan dirimu kepada banyak temanku, namun aku bukanlah siapa-siapa di status percintaanmu. Kami hanya teman, tidak lebih tapi aku menginginkan lebih, apa itu egois? Padahal kalau tentang keegoisan, kamulah yang sangat egois. Ya sangat egois!
Aku selalu menyapa di pagi harimu, aku ingatkan agar kamu tidak lupa makan dan sholat, karena aku tahu bagaimana kesibukan yang menyita waktumu, waktu kita. Meskipun aku bangun pagi, aku selalu mendapatkan balasanmu di siang hari, kamu itu kebluk atau memang terlalu cuek untuk memberi kabar dengan cepat sih?
Siang sampai sore, kamu jarang memberi kabar meskipun aku selalu bawel mengingatkan "jangan lupa solat" kamu hanya membalas seperlunya, ya aku mengerti kesibukanmu. Namun saat malam tiba, waktuku lebih banyak ku habiskan denganmu, meskipun hanya sekedar lewat pesan singkat, tapi aku bahagia.
Di pesan singkat kami, tak henti-hentinya kamu mengejekku, kami selalu berdebat dan aku harus selalu mengalah. Kadang, ejekanmu itu tidak lucu. Tapi kalau sehari tak dengar ejekan darimu, rasanya rindu...
Kami berdebat banyak hal, entah tentang apa yang kamu kerjakan atau tentang perasaanku. Ya kamu tahu kok tentang perasaan yang ku pendam selama ini, tapi kamu tidak protes, kamu tidak juga memberi jawaban, tapi kamu yang selalu menemani setiap hariku.
Kadang, kamu bisa sangat cuek sekali ketika kamu sibuk dengan dunianya. Tapi suatu hari kamu begitu bawel ketika mendengar aku jatuh sakit. Kalau dengan sakit, kamu bisa sebegitu perhatiannya, aku bahkan rela untuk jatuh sakit yang lama agar kamu tidak bersikap dingin dan cuek seperti biasanya. Tapi aku selalu kamu marahi ketika aku susah untuk meminum obat, dan aku bahagia dengan perhatianmu itu.
Kamu juga egois, selalu tidak mau mengalah ketika kami berdebat. Tapi kalau denganmu aku selalu bisa mengerti.
Namun aku tidak lebih cantik dari wanita-wanita yang ada disekitarmu, aku merasa kalah dari mereka. Tapi mereka tidak bisa sepintar aku untuk selalu sabar dan mengerti bagaimana dirimu. Kalau tanpa statuspun kami bisa sedekat ini, apa aku akan mengharapkan yang lebih? Aku hanya tidak ingin bersikap egois.

Lagu Lama!

Aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, bahkan saat kamu berkata "aku hanya mencintaimu"
Buktinya kamu tidak hanya aku yang ada di pikiranmu, orangtuamu, teman-temanmu. Apa kau tidak menganggap mereka?
Aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, bahkan saat kamu berkata "aku tidak akan melarangmu"
Buktinya saat aku bermain bersama teman-temanku kamu selalu cerewet menanyakan kapan aku pulang, bahkan kamu memperbesar hal ketika aku pulang larut. Aku tau diri, aku tidak akan macam-macam di belakangmu. Tapi jangan larang aku bersenang-senang sejenak bersama teman-temanku.
Aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, bahkan saat kamu bilang "aku tidak akan menyakitimu"
Buktinya kamu selalu marah dan mendiamkan aku beberapa waktu saat kita saling berbeda pendapat. Kamu bahkan menggantungkan hubungan kita hanya karena masalah sepele, kamu menyakitiku!
Aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, bahkan saat kamu bilang "aku janji ga akan selingkuh"
Buktinya ketika melihat cewe yang lebih dari aku, kamu meliriknya terus menerus padahal aku ada dihadapanmu. Itu mah tidak selingkuh tapi berpotensi untuk tertarik wanita lain selain aku.
Aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, bahkan saat kamu berkata "aku ga akan membuat kamu menangis"
I must admit darling, you told the perfect LIE!!
Bahkan aku tidak akan mempercayaimu sepenuhnya LAGI, karena semua yang kamu katakan.. ah! LAGU LAMA!!