aku benci bila harus mengingatmu
aku benci bila harus berjumpa dengan kenangan itu
kenangan yang perlahan membunuh semangat hidupku
aku tak mengerti, mengapa sulit untuk membuatmu menghilang dari pikiranku
seakan telah menyatu dalam hati
seakan membuatku pasrah dan hanya ingin mati dan mati
kuputuskan untuk mencari
Tuhan tak hanya menciptakanmu seorang diri
masih banyak hambanya yang lebih baik dari dirimu
namun tetap saja, ada kalanya hatiku untuk berhenti mencintai selain dirimu
mungkin aku lelah
mungkin aku lemah
mungkin aku hanya tak mampu berpaling dari kasih sayangmu
dan jujur saja
aku memang benci mengingatmu
Tidak pernah ada yang lebih baik ketika
kami tertawa bersama, tidak ada sela diantara kita bahkan kita duduk
berdekatan. Tidak ada keraguan untukku menyandarkan kepala pada
pundaknya. Dia laki-laki dan aku perempuan. Namun ini bukan tentang
cerita cinta seperti biasanya, namun ini cerita cinta pada seorang adik,
tidak berharap lebih.
Pernahkah anda mengalami hubungan yang rumit seperti ini? Berhubungan
sebagai adik dan kakak, wajarkah bila perasaan ini muncul? Aku tidak
pernah ingin itu terjadi. Semua perhatian, rasa nyaman bukan berarti
untuk menunjukkan betapa aku mencintai dia, bukan berarti betapa aku
mencintai dia sebagai laki-laki sebagaimana seharusnya. Ketika seorang
perempuan berteman dengan lawan jenisnya, pada suatu saat akan tumbuh
rasa dengan sendirinya, mungkin diwaktu yang salah, seperti saat ini.
Aku mungkin lebih paham soal cinta, bukan ingin menggurui namun
karena aku lebih banyak memakan manis, asam, garam soal percintaan.
Sedangkan dia terlalu muda untuk mengerti arti cinta sesungguhnya,
mungkin dia juga pernah jatuh cinta tapi dia laki-laki dan lebih banyak
menggunakan logika daripada perasaan, jauh berbeda dengan perempuan yang
lebih banyak menggunakan perasaan dan alhasil perempuan yang mengatakan
dirinya tegar adalah perempuan yang paling sakit merasakan apa itu
‘cinta’.
Sudah banyak yang menganggap hubungan adik kakak sebagai modus untuk
mendekati salah satu diantaranya. Ah lagu lama! Tapi itu tidak akan
terjadi padaku saat ini. Aku sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta
kepadanya, meskipun aku tau tidak mungkin bisa menyembunyikan perasaanku
sendiri, aku hanya tidak ingin bersikap egois dengan perasaan itu. Aku
menahan perasaan ini, tidak taukah kamu?
Yang ku takutnya akhirnya muncul juga, kamu menyadari hal ini, kamu
menyadari adanya perubahan pada sikap ku. Tapi kamu salah, karena kamu
terlalu memberi harapan dan perhatian, lalu kenapa sekarang
menyalahkanku? Menyalahkan bahwa aku bersikap tak selayaknya kakak
kepada adiknya? Apa yang salah dengan perhatian dan rasa sayang yang aku
tunjukkan? Aku tidak berharap lebih tapi aku tidak membohongi
perasaanku sendiri, aku hanya tidak ingin bersikap egois, tidak
mengertikah kamu? Aku tidak pernah berharap ini semua terjadi, tapi aku
tidak bisa menolak kehendak Tuhan, aku tidak bisa membohongi perasaan
bahwa sesungguhnya aku tidak jatuh cinta? I’ve keep it on my mind. I
keep on my cry, because “you’re just my brother, I’m your sister, no
more” but the fact that you’re a boy, I’m a girl and at one point or
another, we will fall for each other. I’ve to control it, I keep my
feeling, I’m not treat you more than as my brother. What is wrong with
my attention? What?
Apa yang sebenarnya salah disini? Aku tidak pernah menginginkan
perasaan ini terjadi, kan, jangan menyalahkan aku di satu pihak saja.
Ini hal yang normal. Coba saja posisi ini kita balik, apakah kamu bisa
merasakan hal yang sama? kamu tidak pernah tahu sesulit apa caraku
menahan semua ini, kamu tidak pernah tahu bahwa aku hanya memendam ego,
aku hanya ingin hubungan ini tetap berjalan dengan sewajarnya, kamu
tidak pernah tahu rasanya mencintai seseorang yang salah. Karena kamu
tidak pernah merasa ada di posisi aku. Kamu tahu sendiri bahwa aku
sering berkata aku hanya menginginkan seorang adik, teman untuk
menceritakan segala keluhanku, untuk menangis dipundakmu, dan kamu
selalu berkata bahwa kamu akan selalu meminjamkan pundak ketika aku
ingin menangis, sepanjang malam sekalipun kamu akan selalu ada. Tapi
kenapa kenyataannya tidak seperti itu? Jangan pernah menyalahkan
perasaanku, karena aku tidak pernah menginginkan ini semua terjadi.
Haruskah aku menghindar apa sebaliknya?