Aku masih memperhatikan Adit yang asik bermain dengan playstationnya.
Aku tidak mengeluh atau mengganggunya meskipun sudah hampir dua jam dia
tidak menghiraukan keberadaanku. Sejam yang lalu aku menyuapi dia,
sementara dia asik dengan dunianya. Aku memperhatikan keseriusan dari
wajahnya. Aku menikmatinya, meskipun terkadang aku juga merasa kesepian.
Sudah pukul delapan malam, waktunya Adit mengantarkanku pulang. Dia
tidak mematikan televisinya, karena aku sudah tahu, setelah dia
mengantarkanku pulang dia akan melanjutkan bermain game.
Diatas motor, aku memeluknya dengan sangat erat. Entah mengapa
perasaanku hancur tak karuan, aku seperti merasa tak akan lagi aku bisa
memeluknya seerat ini. Dibanding dengan semua gamenya, aku merasa tidak
dipentingkan di hidupnya. Sebenarnya siapakah aku baginya? Bila diantara
semua gamenya, aku selalu merasa terasingkan.
"Kamu kenapa?" Tanya Adit setengah berteriak.
"Engga kenapa-napa, kok. Kamu tadi makannya banyak, ya."
"Iya dong."
Setelah sampai didepan rumahku, sebenarnya aku tidak ingin turun dari motor, masih ingin memeluknya, masih rindu padanya.
"Hey, kamu ngga akan turun?" Seru Adit mengagetkanku.
Aku manyun lalu turun dari motor, mencubit kedua pipi Adit sambil
berkata, "kamu jaga kesehatan ya, jangan banyak ngerokok, jangan lupa
solatnya ya."
"Iya baweeel."
"Apa perhatianku ini selalu mengganggumu?"
"Kok bilang gitu?"
"Habisnya, aku selalu merasa tidak dihiraukan setiap kamu sibuk dengan duniamu."
"Kamu cemburu sama game yang aku mainkan?"
"Kalau aku nanti sudah ngga ada, apa kamu masih akan sibuk dengan duniamu?"
Adit diam untuk beberapa saat sampai berkata dengan pelan dan
pasti, "aku tidak akan sesemangat ini dengan duniaku, karena selalu ada
kamu yang menjadikan adanya duniaku. Bukan tentang gamenya, tapi kamu
yang menyemangatiku, kamu yang mengingatkanku untuk tidak lupa dengan
kewajibanku."
Aku diam tertegun mendengar pengakuan darinya.
"Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa terasingkan saat aku
sibuk dengan duniaku. Kalau tidak ada kamu, tentunya tidak akan ada
duniaku. Karena kamulah duniaku."
Dan ini hari ke empat puluh. Aku melihat Adit duduk terpekur
didepan sebuah kuburan dengan tanah yang masih basah. Dia menundukkan
kepala, membacakan ayat kursi dengan berusaha menahan tangisnya. Aku
juga melihat mamah dan papah yang merangkul Adit di kedua sisinya,
keduanya menangis. Saat aku melihat ke batu nisan, aku melihat namaku
tertera disana.
Adit tidak lagi sibuk dengan dunianya, dia lebih banyak diam dengan
beberapa lukisan hasil karyanya. Goresan wajah wanita yang mendominan
lukisan yang dibuatnya. Selang setahun, Adit membuka pameran lukisan
digalerinya. Aku melihat dia berdiri didepan sebuah lukisan wanita yang
sangat cantik. Aku melihat secarik kertas didalam figura disebelah
lukisan itu, bertuliskan:
"Aku selalu mengingat pesanmu,
mengingat perhatianmu, dan mengingat setiap inci dari wajahmu.
Tak ada dunia yang begitu indah kecuali berada disampingmu.
Entah karena kebodohanku yang membuatmu merasa terabaikan,
Atau aku yang memang bodoh untuk selalu sibuk dengan duniaku.
Ya, aku memang bodoh telah menyia-nyiakan setiap waktu kebersamaan kita.
Kini tak ada lagi duniaku, namun aku memilih duniamu untuk ku perhatikan.. "
I love you because i love you are - Aditya Alamsyah
Untuk yang tercinta: Aqila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar