widgets

Selasa, 21 Mei 2013

Lihatlah di sampingmu

Aku masih memperhatikan Adit yang asik bermain dengan playstationnya. Aku tidak mengeluh atau mengganggunya meskipun sudah hampir dua jam dia tidak menghiraukan keberadaanku. Sejam yang lalu aku menyuapi dia, sementara dia asik dengan dunianya. Aku memperhatikan keseriusan dari wajahnya. Aku menikmatinya, meskipun terkadang aku juga merasa kesepian.
Sudah pukul delapan malam, waktunya Adit mengantarkanku pulang. Dia tidak mematikan televisinya, karena aku sudah tahu, setelah dia mengantarkanku pulang dia akan melanjutkan bermain game.
Diatas motor, aku memeluknya dengan sangat erat. Entah mengapa perasaanku hancur tak karuan, aku seperti merasa tak akan lagi aku bisa memeluknya seerat ini. Dibanding dengan semua gamenya, aku merasa tidak dipentingkan di hidupnya. Sebenarnya siapakah aku baginya? Bila diantara semua gamenya, aku selalu merasa terasingkan.
"Kamu kenapa?" Tanya Adit setengah berteriak.
"Engga kenapa-napa, kok. Kamu tadi makannya banyak, ya."
"Iya dong."
Setelah sampai didepan rumahku, sebenarnya aku tidak ingin turun dari motor, masih ingin memeluknya, masih rindu padanya.
"Hey, kamu ngga akan turun?" Seru Adit mengagetkanku.
Aku manyun lalu turun dari motor, mencubit kedua pipi Adit sambil berkata, "kamu jaga kesehatan ya, jangan banyak ngerokok, jangan lupa solatnya ya."
"Iya baweeel."
"Apa perhatianku ini selalu mengganggumu?"
"Kok bilang gitu?"
"Habisnya, aku selalu merasa tidak dihiraukan setiap kamu sibuk dengan duniamu."
"Kamu cemburu sama game yang aku mainkan?"
"Kalau aku nanti sudah ngga ada, apa kamu masih akan sibuk dengan duniamu?"
Adit diam untuk beberapa saat sampai berkata dengan pelan dan pasti, "aku tidak akan sesemangat ini dengan duniaku, karena selalu ada kamu yang menjadikan adanya duniaku. Bukan tentang gamenya, tapi kamu yang menyemangatiku, kamu yang mengingatkanku untuk tidak lupa dengan kewajibanku."
Aku diam tertegun mendengar pengakuan darinya.
"Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa terasingkan saat aku sibuk dengan duniaku. Kalau tidak ada kamu, tentunya tidak akan ada duniaku. Karena kamulah duniaku."

Dan ini hari ke empat puluh. Aku melihat Adit duduk terpekur didepan sebuah kuburan dengan tanah yang masih basah. Dia menundukkan kepala, membacakan ayat kursi dengan berusaha menahan tangisnya. Aku juga melihat mamah dan papah yang merangkul Adit di kedua sisinya, keduanya menangis. Saat aku melihat ke batu nisan, aku melihat namaku tertera disana.
Adit tidak lagi sibuk dengan dunianya, dia lebih banyak diam dengan beberapa lukisan hasil karyanya. Goresan wajah wanita yang mendominan lukisan yang dibuatnya. Selang setahun, Adit membuka pameran lukisan digalerinya. Aku melihat dia berdiri didepan sebuah lukisan wanita yang sangat cantik. Aku melihat secarik kertas didalam figura disebelah lukisan itu, bertuliskan:
"Aku selalu mengingat pesanmu,
mengingat perhatianmu, dan mengingat setiap inci dari wajahmu.
Tak ada dunia yang begitu indah kecuali berada disampingmu.
Entah karena kebodohanku yang membuatmu merasa terabaikan,
Atau aku yang memang bodoh untuk selalu sibuk dengan duniaku.
Ya, aku memang bodoh telah menyia-nyiakan setiap waktu kebersamaan kita.
Kini tak ada lagi duniaku, namun aku memilih duniamu untuk ku perhatikan.. "
I love you because i love you are - Aditya Alamsyah
Untuk yang tercinta: Aqila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar