Aku masih
ingat pertama kali menemukan akun Twitternya. Salah satu temanku
seringkali me-retweet status yang dia ciptakan. Statusnya manis,
romantis, tapi galau apalagi dia seorang lelaki. Aku buka akunnya, aku
baca timelinenya, menarik. Akupun ikut menfollownya.
Aku perhatikan statusnya setiap hari,
aku perhatikan foto-foto yang di unggahnya, dan aku menyukai dengan
status yang dia buat. Rasanya, apa yang sedang dia rasakan selalu sama
seperti yang aku rasakan. Semakin hari aku semakin penasaran, aku cari
tahu siapa dia sebenarnya. Dia ternyata orang Bandung yang sedang
menjelajah Nusantara dan seorang penyanyi indie yang sudah mengeluarkan
dua album. Akupun mencoba mendownload lagu-lagunya. Beberapa lagu yang
ku dengar berhasil membuatku menangis, liriknya terlalu menyentuh,
seakan dia menyanyikan apa yang sedang aku rasakan ketika itu.
Aku mencintai setiap foto senja yang dia
unggah, karena aku jatuh cinta dengan senja. Ketika ku ambil salah satu
foto senja tersebut dan menggunakannya untuk display photo di
handphoneku, lalu tak lama kemudian salah satu temanku menanyakan apakah
aku mengenal seseorang yang mengabadikan foto senja tersebut. Akupun
memberi tahunya bahwa aku melihat foto tersebut dari akun Twitter
seseorang, lalu temanku berkata bahwa dia mengenal seseorang itu. Aku
tidak mengerti, hatiku mencelos. Ini seperti kejadian beberapa tahun
silam. Ketika aku mulai jatuh cinta dengan seseorang yang tidak ku
kenal, dan salah satu temanku ternyata mengenalnya.
Lalu aku menanyakan seseorang itu pada
temanku, dan aku mendengar beberapa cerita cintanya yang selalu berakhir
dengan tragis, sama seperti kisah cintaku. Aku masih tidak mengerti,
aku dan dia seperti memiliki ikatan batin, beberapa hal yang terjadi
dalam hidup aku dan dia seperti sebuah cerita yang sama namun dengan
orang yang berbeda.
Semakin hari, aku semakin
memperhatikannya lewat status yang dia buat. Aku juga beberapa kali
mencoba menegurnya lewat sapaan dan perhatian di mention, tapi tidak ada
satupun jawaban. Rupanya dia jarang sekali mendapatkan sinyal untuk
mengakses internet. Namun suatu malam, ketika aku akan tidur aku mencoba
menegurnya lagi, lalu dia membalas: “trims”. Sepatah kata yang dia
tunjukkan untukku sudah menghangatkan malam yang ku rasa dingin saat
itu. Ini terlalu manis ku rasa, aku bahagia hanya dengan sepatah kata
yang mungkin kalian anggap itu hal yang biasa. Tidak ada yang biasa
ketika kamu sedang jatuh cinta, kan? Sekecil apapun itu, kamu akan tetap
merasa bahagia, bukan?
Kalimat manisnya di Twitter, lirik lagu
yang dia ciptakan sendiri, suaranya yang khas, mampu menyeretku ke dalam
perasaan yang mungkin ku sebut; aku mencintai dia yang masih “fiktif”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar